Siapa yang tak kenal IPB University, namun ternyata Awalnya, Institut Pertanian Bogor merupakan bagian dari fakultas pertanian Universitas Indonesia, baru pada tahun 1963 IPB diresmikan untuk berdiri sendiri oleh presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno. Ir. Soekarno melakukan peletakkan batu pertama untuk proses pembangunan kampus. Prosesi peletekan batu pertama dari presiden pertama indonesia di tahun 1 September 1963 inipun menjadi simbol persemian dari Institut Pertanian Bogor sebagai perguruan tinggi mandiri.
IPB University memang layak dikatakan sebagai salah satu Universitas terbaik di Indonesia pasalnya IPB University selalu masuk kedalam 10 Universitas terbaik di Indonesia dan masuk kedalam 100 universitas terbaik di dunia.
Selain itu begitu banyak award dan penghargaan yang didapatkan para dosen IPB University, bukan hanya dosen bahkan guru besar IPB pun juga punya banyak prestasi, terbaru Guru besar IPB Prof. Cece Sumantri berhasil menyabet Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) Science and Technology Award.
Prof. Cece meraih award ini berkat penelitiannya tentang penerapan genetika molekuler untuk pengembangan produktivitas dan kualitas ayam lokal Indonesia. Selain mendapatkan penghargaan Prof. Cece juga mendapatkan uang hadiah senilai 100 juta rupiah.
Menurut Prof. Cece, ayam lokal Indonesia memiliki keragaman genetik tinggi. Penelitiannya berhasil mengidentifikasi gen penanda (marker gen) pada ayam kampung, yang dipakai dalam proses seleksi untuk pemuliaan. Hasil pengembangan ini adalah varietas ayam lokal yang diberi nama IPB-D1, yang bisa tumbuh cepat, dengan daging berkualitas tinggi dan lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Ayam IPB D1 merupakan ayam pedaging yang berasal dari ayam kampung dengan ayam broiler. Pertumbuhan ayam IPB D1 terbilang cepat karena hanya memerlukan waktu 10 minggu untuk mencapai berat 1,2 kilogram. Budidaya ayam IPB D1 sudah diterapkan di Sinar Harapan Farm, Sukabumi, Jawa Barat. Ayam lokal juga memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih tinggi seperti penyakit yang disebabkan oleh Salmonella spp.
Selain itu, ayam asli Indonesia ternyata memiliki harga yang mahal apabila dijual. Salah satu contohnya adalah ayam Sumatera. Harga DOC ayam Sumatera dapat mencapai dua juta per ekor jika dijual di luar negeri.
Sedangkan ayam lokal dewasa yang dijual di dalam negeri berkisar antara 70-100 ribu per ekor. Bahkan beberapa ayam lokal seperti Ayam Ketawa, Ayam Pelung, dan Ayam Cemeni dapat mencapai ratusan ribu per ekor.
Menilik potensi tersebut, ayam lokal dapat dikembangkan di desa-desa tertinggal sehingga dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Sementara itu, masyarakat yang memelihara ayam lokal, umumnya ayam kampung, dapat meningkatkan asupan protein dengan memakan ayam peliharaannya sendiri.
Tidak hanya skala rumah tangga, ternak ayam lokal juga berpotensi untuk dikembangkan dalam skala industri. Skala industri yang dapat dikembangkan antara lain adalah industri anak ayam, ayam lokal pedaging dan ayam lokal petelur.
Tidak hanya berpotensi menjadi ayam pedaging, ternyata ayam asli Indonesia dapat dijadikan sebagai wahana rekreasi. Pasalnya, ayam lokal Indonesia memiliki keunikan tersendiri, seperti ayam ketawa dan ayam pelung. Ayam ketawa dapat dijadikan sebagai wahana rekreasi karena suara yang dihasilkan mirip dengan orang tertawa.
Potensi tersebut saat ini sudah ditingkatkan dengan dibentuknya komunitas ayam ketawa dan ayam pelung. Melalui komunitas tersebut, masyarakat diajak untuk melestarikan ayam asli Indonesia terutama ayam ketawa supaya tidak punah.
Tinggalkan Balasan